Kakao Redup, Nilam Jadi Tanaman Favorit Petani Koltim
Koltim, PN – Sesuai dengan data yang ada, luas wilayah perkebunan Kakao di Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) seluas 95.931,41 Ha. Namun seiring dengan menurunya produktivitas Kakao disebabkan karena Hama dan Umur tanaman Kakao yang sudah lama, sehingga pendapatan warga dari sektor ini menurun.
Tidak heran tanaman Kakao di Koltim redup, mengakibatkan warga lebih dominan menanam Nilam yang lebih berpotensi meningkatkan pendapatan perkapita petani.
Menurunya produktivitas Kakao ini menyebabkan masyarakat mencari alterantif tanaman lain yang dapat menopang pendapatan perkapita mereka. Sesuai pantauan dilapangan tanaman sela yang mendominasi saat ini adalah tanaman Nilam, lada serta cengkeh.
Dari pantauan di tingkat petani, harga minyak Nilam saat ini mencapai harga 400 ribu per kilonya, sementara Lada masih berkisar di harga 40 ribu hingga 50 ribu per kilo, namun di sisi lain harga cengkeh melonjak tinggi mencapai 100 ribu per kilo.
Untuk tanaman cengkeh memang tidak merata semua petani di Koltim menanam, karena struktur tanah untuk Komoditi ini harus berada di wilayah perbukitan seperti Aere, sebagian Lambandia dan Kecamatan Poli – Polia.
Sebagai contoh riel di Desa pangi – Pangi Kecamatan Poli – Polia 90 persen warganya menanam Nilam, hal ini di perkuat data serta tanggapan Dari Kepala Desa (Kades) Pangi – Pangi Usman Batjho yang juga keseharianya menanam nilam.
“Untuk wilayah kami ini mencapai 90 persen warga kami menanam nilam di atas eks tanaman Kakao, jadi tanaman sela ini bertujuan untuk menopang pendapatan warga, karena produktivitas Kakao sudah tidak bisa lagi di harapakan akibat di serang hama, padahal umur Kakao di wilayah kami itu berkisar 15 tahun seharusnya sudah bisa produksi,” ucapnya.
Olehnya itu kata Usman, Nilam ini sangat membantu untuk menopang pendapatan warga, selain mudah pemeliharanya, kemudian panen setiap 3 hingga bulan.
“sebagai contoh saya saja hanya menanam seperempat are dalam 2 kali panen mencapai 12 kilo minyaknya artinya dari nilam dikelola atau di suling, kalau dirupiahkan sekitar 10 juta lebih saya dapat hasil dari Minyak Nilam, itu bersih setelah sudah dikeluarkan biaya penyulingan mulai dari kayu hingga ongkos pekerja sebesar 500 ribu,” terangnya.
“Ini hanya seperempat are, bagaimana dengan beberapa petani kami yang menanam hingga 1 ha lebih akan lebih besar lagi pendapatannya, kalau di kaji tentu akan menopang pendapatan warga dibandingkan harus menunggu hasil Kakao yang tidak pasti,”ungkapnya.
Hal ini juga mendapat tanggapan yang sama dari beberapa petani Kakao di wilayah Kecamatan Lambandia dan Aere, dengan adanya tanaman sela Nilam ini sangat membantu menopang pendapatan mereka, apalagi ditengah pendemi ini semua kebutuhan harga -harga mengalami kenaikan, kalau berharap Kakao tentu tidak akan cukup untuk kebutuhan sehari – hari, kalau Nilam dalam waktu singkat 3 hingga 4 bulan mereka sudah bisa menerima hasilnya.
Seperti halnya di ungkapkan salah satu petani di Desa Awiu dan Taore diwliayah ini kebanyakan tanaman cengkeh dan sebagian Nilam. Namun saat ini tanaman cengkeh di jadikan tanaman investasi karena di panen dalam setahun, namun hasilnya lebih besar di bandingkan Kakako kalau di perbandingkan dengan harga saat ini 100 per kilo.
Secara Umum petani di Koltim sangat mengeluhkan dengan produktivitas Kakao yang makin tahun makin menurun, olehnya itu tanaman Nilam menjadi tanaman Favorit yang mudah di pelihara serta menghasilkan.
(PN)